Sunday 25 October 2009

Step 5: Hari Pertunangan

Aku menghitung menit demi menit yang merangkak teramat lambat, sementara degup jantungku berpacu tak menentu. Hari ini rasanya berlalu lama sekali. Pagi-pagi aku dan mama sudah bangun dan mulai mengecek kelengkapan untuk acara spesial ini.

Kami dibantu dengan ibu-ibu tetangga kanan kiri menyiapkan aneka masakan. Nasi, ayam goreng, daging serundeng, mie goreng, sambal krecek, buah-buahan, kerupuk,dan aqua akan disajikan secara prasmanan. Sementara itu, snack berupa brownies, pastel dan lemper  dihidangkan dengan piring kertas bersama teh hangat pada saat acara akan dibuka.

Tadinya, kami berencana acara dimulai jam satu siang, setelah sholat Dhuhur. Akan tetapi ternyata keluarga Sarno tiba di Jogja lebih awal, jadi aku segera menghubungi pak RT untuk datang saat itu juga dan mengkoordinir bapak-bapak yang lain untu segera hadir.

Alhamdulillah, pak RT dan bu RT segera datang disusul para undangan yang lain. Pak RT nanti berperan sebagai wakil dari keluargaku untuk menerima dan menjawab lamaran. Syukurlah, orangnya baik dan sangat membantu, karena pada hari ini, kakak lelakiku berhalangan hadir, maklum jauh dan ga bisa cuti. Sementara yang datang cuma budeku. Yang bertindak sebagai MC dan fotografer adalah tetanggaku.

Acara pun dibuka dengan bacaan basmalah, kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh keluargaku, yang diwakili oleh Pak Tirmidzi (RT). Setelah itu, penyampaian maksud kedatangan oleh keluarga yayank, yang dituturkan oleh bapaknya yayangku. Selesai, dilanjutkan dengan jawaban dari keluargaku, pasti diterima donk, khan emang udah janjian begitu...hehehe.

Inilah acara inti yang aku tunggu-tunggu, pemasangan cincin pertunangan. Romantisnya, rasanya aku ingin menikmati saat ini sekali lagi, lagi ,dan tak ingin waktu ini berlalu sesingkat ini. Sayangnya, fotografer dadakan kami tidak begitu mahir, jadi hasil potretnya juga agak mengecewakan.

Terlepas dari semua itu, aku sangat bersyukur acara ini bisa berlangsung dengan baik. Sampai pada acara makan siang dan ramah tamah, serta penutup dan doa. Aku sangat berharap acara pertunangan ini semakin memperkokoh niat dan langkah kami menuju pernikahan.

Tuesday 20 October 2009

Step 4: Persiapan Acara Pertunangan

Ga terasa acara pertunangan kami tinggal lima hari lagi. Syukurlah kegiatan beres-beres rumah sudah selesai dan hasilnya...cukup memuaskan. Sekarang saatnya mempersiapkan acara pertunangan yang udah di depan mata.

Konsep acara kami hanyalah tukar cincin dan syukuran kecil-kecilan. Disaksikan oleh kerabat dan tetangga dekat. Tidak ada acara serah-serahan besok. Acara seserahan rencananya dilakukan pada malam midodareni, malam sebelum akad nikah dilangsungkan.

Mulailah, aku dan mama mencatat jumlah orang yang akan hadir, menyusun menu makanan dan rincian anggaran, mempersiapkan perabotan, meja tikar, taplak, dsb. Tak lupa pula kami menghubungi tetangga untuk memohon kehadiran dan menjadi penerima tamu, serta meminta doa restu pada kerabat -keluarga kami jauh, jadi kemungkinan ga bisa hadir.

Acara masak-memasak nanti akan dibantu oleh ibu-ibu rukun tetangga, jadi aku dan mama cukup mempersiapkan dana aja. Oya, kecuali urusan snack nya, tetap harus aku yang pegang. Hmm, soalnya aku paling seneng belanja kue-kue kecil.

Minggu ini, deg-degan banget. Beberapa hari ga bisa tidur karena memikirkan acara penting itu. Sekalinya bisa tidur, yang muncul di mimpi pasti mengenai acara pertunangan besok. Semoga segalanya berjalan dengan lancar.

Friday 16 October 2009

Step 3: Beres-beres Rumah

Adalah hal yang wajib dan pasti dilakukan kalau mau ada acara penting: Beres-beres rumah. Apalagi, kami sepakat untuk melaksanakan pertunangan pada tanggal 25 Oktober 2009 mendatang. Wah, ga terasa tinggal seminggu lagi neh.

Aku dan mama akhirnya memanggil tukang untuk membersihkan rumah, mulai dari mengecat dinding dan pintu-pintu, memperbaiki kayu pintu yang udah rusak, sampai menata kembali ruangan biar keliatan lebih lega dan rapi. Beberapa perabot diubah lokasinya, karena kami berencana membeli sebuah almari pakaian. Pertimbanganku seh, buat menyimpan buku-buku, tas, dan barang lainnya yang sampai saat ini masih bertumpuk di dalam kardus. Khan kurang rapi kalau keliatan 'bentuk dusnya'.

Di sinilah kami berbeda pendapat. Menurut yayank, kami ga perlu beli almari dulu, belinya nanti setelah rumah kami selesai dibangun. Tapi pendapatku seh, beli sekarang atau nanti ga jadi masalah, Toh lemari bukanlah barang yang habis dipakai sehari dua hari, tapi barang yang kita butuhin sampe kapan juga.

Hunting lemarinya masih tunggu sampai bulan depan deh. Tiga hari ini, rumah kontrakan yang mungil ini bakal disulap dulu, jadi apa yaaa kira-kira. Wah, yang pasti, meski rumahnya imut, kalau tertata dengan rapi, akan membuat penghuninya betah dan hepi terus.

Thursday 15 October 2009

Step 2: Cincin Pernikahan

Sebetulnya hal terindah yang dia berikan kepadaku, cukuplah cintanya. Tapi, menurut adat dan protokol pernikahan, seorang lelaki wajib memberikan mas kawin kepada wanita yang dipinangnya. Biasanya, dalam bentuk Wedding Rings, atau bahasa kitanya "Cincin Pernikahan". or "Cincin Kawin" Makna cincin pernikahan (dari berbagai sumber) berarti sebuah pengikat. Artinya kalau pakai cincin kawin, seolah si empunya cincin berkata "Saya udah mengikatkan diri dengan seseorang, jadi jangan ganggu saya yaaa...".

Sebetulnya, kalau masih gadis jangan pake cincin yang bentuknya kayak cincin kawin dech. Nanti dikira kita udah nikah lho. Aku sendiri pernah mengalaminya, pas ultahku yang ke 21, yayank memberiku hadiah sebuah cincin emas dengan permata kecil di tengah, persis cincin kawin. Pas aku pake, temen-teman jadi pada komen, "lho kamu kayak udah nikah aja pake cincin kawin gitu".

Dahulu, cincin kawin dibuat dari daun-daunan, kemudian seiring perkembangan zaman dan pola pikir manusia, cincin kawin saat ini dibuat dengan materi yang lebih tahan lama, di antaranya emas dan perak. Selain itu, cincin kawin juga dibuat dengan beraneka hiasan, mulai dari ukiran pada cincin itu sendiri sampai bertahtakan batu yang memiliki makna, kayak Ruby yang berarti simbol cinta yang agung atau berlian yang melambangkan keabadian cinta.

Itu sekilas tentang makna wedding rings. Biasanya seh, model wedding rings yang ready stock di toko emas, ya model-model yang everlasting, artinya...Ga akan ketinggalan zaman dech, karena dari dulu sampe sekarang, model cincin kawin rata-rata ya, polos atau dengan batu satu.

Dan model ready stock itulah yang kami pilih. Selain karena kami berdua sama-sama ga suka ribet, cincin tersebut juga akan kami pergunakan sebagai cincin pertunangan. Jadi udah ga keburu buat pesan.

So, here is our wedding rings. Rasanya seperti mimpi, akhirnya aku bisa sampai pada tahap ini. Kayaknya baru kemarin masih digendong-gendong mami...Hahaha...Dasar manja!

Trims cintaku, for all You give me. It's more than a symbol for me. Bukan karena cincinnya, tapi karena yang memberikannya padaku, adalah lelaki yang cintai.

Tuesday 13 October 2009

Step 1: Rencana Kerja dan Anggaran Pernikahan


Kedengarannya kok ribet gitu ya? Tapi inilah yang kami lakukan pertama kali dalam mempersiapkan acara pernikahan. Tujuannya agar kami bisa menyelenggarakan acara pernikahan dengan baik dan menggunakan dana yang tidak berlebihan. Selain itu, dengan rencana kerja, kami bisa melakukan persiapan menurut prioritas. Misalnya, minggu ini reservasi gedung, minggu berikutnya memesan souvenir dan undangan, dst.

Kami menyusun rencana kerja dan anggaran bersama-sama. Ada keasyikan tersendiri saat melakukannya. Kami saling memberikan pendapat. Sesekali, kami berdebat kecil. Hal ini merupakan pembelajaran bagi kami, untuk berbagi ide dan saling mendengarkan.

Blogger template 'FlowerFlush' by Ourblogtemplates.com 2008